Tuesday, January 15, 2008

>Malam Minggu Kelabu




“Slamat tidur bintang malamku. Smg mimpi yg indah ya” begitu isi pesan singkat dari kekasihku di seberang pulau sana yang kubaca dari layar Sony Ericsson W700i-ku. Kira-kira pukul 23:00 WITA ketika itu, Sabtu, 12 Januari 2008. Mataku tak kuasa menahan kantuk. SMS itu tak kubalas. Kubiarkan ia membisu menemani mimpiku. Kuletakkan HP itu tepat di samping kasur, seperti malam-malam sebelumnya, bersekawan dengan novel best seller “Laskar Pelangi” yang kubeli di Jogja pas liburan akhir tahun, sebuah arloji made in Swiss, dan sebuah dompet lengkap dengan isinya. Kumatikan lampu dan aku tidur dengan sukses.

“Udah siang ya? Jam berapa neh,” tanyaku dalam hati setengah sadar. Tanganku secara refleks mencari HP-ku. Tak kujumpainya. Lalu tanganku meraih arloji, dan kulihat jarum menunjukkan angka 07:40 WITA. Lalu aku beranjak beberapa langkah ke dalam kamar mandi yang masih berada di dalam kamarku dan “Currrr.....,” lega rasanya si Joni sudah menunjukkan tanda-tanda kehidupannya. Seakan-akan ia mau meneriakiku, “Kamu terlambat bangun, aku sudah bangun sedari subuh.” Usai cuci muka baru aku tersadar, “Lho HP-ku mana yah?”

Perasaanku tiba-tiba nggak enak. Sejurus kemudian aku kembali ke peraduanku, membalik kasur, mengurai deretan buku-buku, membongkar tas dan pakaian untuk mencari sebuah mungil yang telah mengubah wajah dunia saat ini: HP. “Masak seh hilang?” tanyaku tak percaya. Sarung HP warna hitam terbuat dari kulit masih ada. Aku ke kamar depan menanyakan kepada kawan yaang mendiaminya karena semalam antara jam 22.30-23.00 aku bertandang ke kamar itu. “Mungkin HP-ku tertinggal di situ,” begitu pikirku. Tapi hasilnya nihil. Kucoba menelpon ke nomor HP-ku via HP kawanku itu. “Kan bisa dilacak dari nada deringnya,” pikirku penuh harap. Tapi terdengar pesan bahwa HP-ku sedang tidak aktif.

Celaka sudah. Terulang lagi deh kejadian 1,5 tahun yang lalu.....kukirim sms ke pacarku via HP kawanku itu memberi tahu kalau aku baru saja kehilangan HP. Dalam keadaan itu hal yang aku takutkan adalah penyalahgunaan nomor kartu. Seperti ketika aku kehilangan HP di pertengahan 2006. Saat itu aku sedang mengikuti psikotes bersama dua kawan kuliah di sebuah perusahaan di Jakarta. Saat akan memulai tes, si petugas memberi peringatan kalau semua HP dinonaktifkan atau dibuat nada getar. Lalu kuambil HP dari dalam tas kawanku karena selama perjalanan naik bus kota menuju lokasi tes HP tak kuletakkan di saku celana melainkan di tas kawanku itu, yah untuk menjaga keamanan

Tapi, aku terkejut tak mendapati HP-ku itu. Kawanku itu apalagi. Karena selama perjalanan ia memeluk erat tasnya itu yang berisi dua barang berharga: HP-ku dan kamera digitalnya. Kamera digitalnya masih tersimpan baik dalam tasnya. Hanya HP-ku yang berpindah tangan. Apes!!! Aku dapat ucapan selamat datang di Jakarta. Tak berapa lama kemudian dari HP kedua kawanku itu terbaca SMS dari HP-ku yang isinya minta kiriman pulsa. Sialan!!! Maling kurang ajar. Dia atau mereka pasti telah mengirimi SMS kepada kolega dan keluargaku untuk meminta sejumlah uang. Hal itu mungkin sekali karena aku baru saja mengisi ulang pulsanya sebesar Rp. 100.000,00.

Selama psikotes aku tidak bisa konsentrasi karena membayangkan orang-orang yang menerima sms itu. Ketika jam istirahat, segera saja aku hubungi kawanku yang bekerja di XL buat memblokir nomor itu. Dan berhasil. Lalu aku menghubungi pacarku dan beberapa kawan buat mengabarkan kesialanku dan memperingatkan untuk tidak mempercayai sms yang dikirim atas namaku.

Kejadian seperti ini yang kutakutkan terulang kembali. Sebelum kejadian itu aku pernah mengalami percobaan perkosaan eh...perampokan di dalam bus kota jalur Bendungan Hilir-Sarinah di bulan Mei 2005 ketika aku kerja praktik di Pertamina Geothermal. Ketika itu aku tak kebagian kursi. Alhasil, aku berdiri di baris belakang. Tiba-tiba saja ada seorang pemuda yang menjatuhkan saputangan persisi di bawah kakiku. Lalu ia berpura-pura mengambil saputangannya itu sembari memegangi kakiku. Tentu saja aku berontak, pada saat itulah beberapa rekan-rekannya yang duduk di belakang serempak memegangi tanganku dan salah seorang dari mereka dengan sukses mengambil HP dari saku depan celanaku. Aku mencoba melawan, merebutnya. Lalu orang yang mengambil HP-ku itu melemparkan HP itu keluar bus. Tampaknya Dewi Fortuna memihakku. HP itu menyentuh atap bus ketika dilempar sehingga jatuh dekat kakiku. Langsung saja aku sambar, lalu aku berteriak memaki dan berpindah duduk di samping pak sopir.

Minggu siang aku hanya bisa terpaku. Tak tahu mau kemana mencari. Tak mungkin aku menggeledah kamar-kamar teman kosku. Ntar malah aku diberi hadiah bogem, celaka lagi kalau dihadiahi sabetan badik atau parang. Kubiarkan saja. Kurelakan saja. Daripada pusing kuhibur saja diriku dengan mencumbui novel “Laskar Pelangi” yang fenomenal. Lalu kusambung dengan menonton Andy’s Diary di MetroTV dan Fashion TV Channel dengan "suguhannya" yang bisa membuatku berimajinasi.