“Aku bukan Aborigin asli, juga bukan kulit putih. Orang kulit putih menyebutku berdarah campuran. Setengah aborigin, setengah kulit putih. Tidak hitam atau putih. Aku bukan bagian dari siapapun,” tutur Nullah, seorang bocah laki-laki, dalam film “
Dikotomi Jawa-luar Jawa, sipil-militer, Muslim-nonmuslim, mayoritas-minoritas, atau nasion
Meskipun saya dibesarkan dari keluarga militer tapi belum tentu saya bakal memilih capres mantan petinggi militer. Pun meski saya berdarah B
Artinya, para pemegang hak pilih, seperti saya yang ganteng ini hehehe, tak langsung menjatuhkan pilihan hati hanya semata-mata kedekatan emosional, kultural, kekerabatan, dan lain sebagainya. Kepandaian capres berdebat atau berpidato tak menjamin ia becus bekerja. Karena ada banyak contoh keturunan Homo soloensis, Homo sapiens, Homo erectus, sampai Homo beneran yang cuma bisa NATO (No Action Talk Only) bak komentator sepakbola yang cas-cis-cus.
“Lha terus kamu pengen capres kayak apa sih say?” tanya Aura Kasih suatu malam kepadaku setelah lelah “Mari Bercinta”. Yang jelas ia nggak punya sifat manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis ini: munafik, segan bertanggung jawab, berjiwa feodal, boros, dan percaya takhayul.
“Terus seperti apa dong say?” tanya Aura Kasih lagi sambil menggodaku genit. Ya, seperti kamulah kira-kira.
Mulus: keMaUannya LUruS
Seksi: SEK
Wangi: WibawA tiNGgI
Montok: MendorONg rakyaT Oentoek Kreatif
Hot: sederHana, Objektif, Tegas
Lagipula kita ini bakal memilih presiden bukan kepala suku. Walaupun mayoritas penduduk negeri ini orang Jawa, tak harus orang Jawa pula