15 Juni 2009. Jam 13.10 Wita aku bersama dua bosku berkumpul dengan klien di sebuah hotel di Samarinda. Klien ini ádalah Adam Suherman bersaudara (ex owner Adam Air). Mereka bermaksud membuka tambang batubara di wilayah Melak, Kutai Barat.
Recananya kami berangkat naik pesawat berbadan kecil yang memakan waktu 45 menit. Senang rasanya membayangkan tak perlu berjam-jam menempuh jalan darat ke Melak seperti dulu. Ups. Aku terlalu dini berkesimpulan. Sial. Ternyata penerbangan hari itu cuma menyisakan lima tempat duduk. Alhasil, dengan pasrah aku akan menjalani perjalanan yang lama dan membosankan dari Samarinda melewati Tenggarong lalu Melak. Kunjungan k
Untungnya jalan raya sudah teraspal penuh meski di beberapa titik masih berlubang. Jadinya aku bisa terbang ke alam mimpi dengan sukses. Sekira jam 23.00 kami tiba di Melak. Menginap di sebua hotel. Esok paginya kami masih harus melanjutkan perjalanan darat kira-kira satu jam ke pelabuhan Sungai Mahakam. Dari situ perjalanan menyusuri hulu Mahakam dimulai hinggá 1,5 jam kemudian. Lalu dilanjutkan menuju camp yang butuh waktu 1 jam dengan kondisi jalan tanah yang berbukit. Fiuh capek!!!
Hari sudah gelap ketika kami tiba di camp. Lantas kami berkenalan dengan orang-orang di
Sambil berjabat tangan kusebutkan namaku, “Arya.”
“Agus,” jawabnya.
“Apa kita pernah ketemu sebelumnya?” tanyaku.
“Geologi UGM yo?” jawabnya.
Wah, ternyata kawan satu seperguruan tapi beda angkatan. Dia angkatan’99 sedangkan aku angkatan’00. Kamipun tertawa….Dasar dunia memang sempit bagi geologist macam kami. Di pedalaman K
Pekerjaanku di