Friday, October 9, 2009

>Istriku Sekolah lagi

Batas akhir registrasi 21 Agustus 2009. Tapi hingga H-4 surat pemberitahuan belum diterima istriku. Katanya surat itu akan dikirim pihak universitas ke rumah di Semarang via pos ke. Ia juga melihat pengumuman di internet. Nihil.Ia juga sudah menyanyakan hal itu ke pihak jurusan via telepon. Malah ia disuruh bersabar. “Suratnya pasti datang,” kata pihak jurusan. Istriku cemas. Gelisah. “Keterima ga ya?” tanyanya.

Akhirnya, aku berinisiatif mendatangi kampus. Hari itu juga aku meluncur ke Jogja. Kebetulan juga ada acara kumpul bareng temen-temen masa kuliah. Esoknya aku mendatangi kampus Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM. Sial. Aku tiba pas jam istirahat. Aku duduk menunggu. Mataku memerhatikan mahasiswa baru yang sedang menjalani OSPEK. Aku tersenyum mengenang kejadian serupa sepuluh tahun lalu di Unibraw dan sembilan tahun lalu di Kampus Biru.

Di sebelahku duduk dua perempuan. Keduanya dari Surabaya. Mereka punya maksud yang sama denganku. Pun dengan keluhan yang sama. “Administrasi yang tidak profesional,” kata mereka. Sehari sebelumnya mereka menelpon pihak jurusan dan memastikan bahwa mereka diterima. Tak lama kemudian pintu ruang administrasi akademik terbuka. Aku disambut seorang pegawai pria. Lalu kuutarakan maksudku.

“Namanya siapa, Mas?” tanyanya.

“Bukan saya. Tapi istri saya,” jawabku sembari menyebutkan nama lengkap istriku dan jurusan yang akan ditempuhnya.

“Lingustik.”

Ia mengambil sebuah map. Lalu memeriksanya.

“Kok nggak ada, Mas” ujarnya.

Aduh. Aku tak berharap jawaban itu yang kudengar.

“Salah jurusan kali,” katanya.

Aku memutar memori. “Oh, ya sori, Pak. Jurusan Sastra”

“Lha, ini baru ada. Selamat istri anda diterima sebagai calon mahasiswa pascasarjana UGM,” ujarnya.

Lalu ia memaparkan tahap registrasi selanjutnya. Sejurus kemudian aku berjalan menuju kantor bidang akademik di rektorat. Kira-kira seratus meter dari FIB.

Sampai di sana sudah banyak orang yang sibuk mengisi berkas. Aku dilayani seorang bapak. Kusebutkan nama istriku dan jurusannya. Tak lama kemudian surat resmi pemberitahuan bahwa istriku diterima sudah ada di tanganku. Kubaca seksama. Lalu kutelpon istriku.

“Gimana, Cin?” tanya istriku di seberang telepon.

“Hmmm….kayaknya ada masalah, Babe,” jawabku dengan nada pura-pura serius.

“Lho emangnya kenapa?”

“Iya, Adik harus segera ke Jogja buat bayar SPP,” kataku sambil tertawa.

Back to my alma máter,” balasnya.

Ah…sejak lulus dari S1 Satra Jepang tiga tahun lalu akhirnya istriku sekolah lagi dengan beasiswa dari suamitercinta@foundation.org!

No comments: