Monday, July 20, 2009

>Bertemu Kawan di Hulu Mahakam



15 Juni 2009. Jam 13.10 Wita aku bersama dua bosku berkumpul dengan klien di sebuah hotel di Samarinda. Klien ini ádalah Adam Suherman bersaudara (ex owner Adam Air). Mereka bermaksud membuka tambang batubara di wilayah Melak, Kutai Barat.


Recananya kami berangkat naik pesawat berbadan kecil yang memakan waktu 45 menit. Senang rasanya membayangkan tak perlu berjam-jam menempuh jalan darat ke Melak seperti dulu. Ups. Aku terlalu dini berkesimpulan. Sial. Ternyata penerbangan hari itu cuma menyisakan lima tempat duduk. Alhasil, dengan pasrah aku akan menjalani perjalanan yang lama dan membosankan dari Samarinda melewati Tenggarong lalu Melak. Kunjungan kali ini berbeda dengan 1,5 tahun yang lalu. Kalau dulu aku melakukan pemetaan batubara 18.000 ha selama satu bulan, sekarang cuma menemani bos jalan-jalan hehehe….

Untungnya jalan raya sudah teraspal penuh meski di beberapa titik masih berlubang. Jadinya aku bisa terbang ke alam mimpi dengan sukses. Sekira jam 23.00 kami tiba di Melak. Menginap di sebua hotel. Esok paginya kami masih harus melanjutkan perjalanan darat kira-kira satu jam ke pelabuhan Sungai Mahakam. Dari situ perjalanan menyusuri hulu Mahakam dimulai hinggá 1,5 jam kemudian. Lalu dilanjutkan menuju camp yang butuh waktu 1 jam dengan kondisi jalan tanah yang berbukit. Fiuh capek!!!

Hari sudah gelap ketika kami tiba di camp. Lantas kami berkenalan dengan orang-orang di camp itu. Lebih dari 50 orang pekerja tinggal di camp. Mulai dari kepala teknik tambang, geologist, mine engineer hingga operator. Samar-samar aku pernah melihat sosok orang di sana.

Sambil berjabat tangan kusebutkan namaku, “Arya.”

“Agus,” jawabnya.

“Apa kita pernah ketemu sebelumnya?” tanyaku.

“Geologi UGM yo?” jawabnya.

Wah, ternyata kawan satu seperguruan tapi beda angkatan. Dia angkatan’99 sedangkan aku angkatan’00. Kamipun tertawa….Dasar dunia memang sempit bagi geologist macam kami. Di pedalaman Kalimantan bisa berjumpa kawan lama. Aku juga sering berjumpa tak sengaja dengan kawan-kawan seprofesi ketika plesir ke Samarinda ataupun di bandara Sepinggan Balikpapan.

Pekerjaanku di sana bisa dipersingkat menjadi satu hari pengambilan channel sampling. Besoknya kami kembali menempuh perjalanan panjang nan melelahkan kembali ke Samarinda. Lelah tapi dibayar dengan “amplop” yang isinya bisa membuat istriku girang bukan kepalang.