Sunday, December 16, 2007

>sepotong hidupku di Sangatta (2)

Penghuni kos gw profesinya beraneka. Ada yang PNS, karyawan BNI, karyawan BRI, operator PAMA, operator Thiess, mekanik KPC, karyawan toko ponsel, karyawan perusahaan perkebunan, dll. Nah, penghuni kamar 215, tepat di sebelah kamar gw, adalah dua cewek Dayak yang masih SMU. Parasnya sungguh menggoda, berkulit bersih, kerap berpakain seksi, tapi rada katrok. Makanan empuk buat si kucing garong. Gw harus belajar banyak dari Fauzi soal menaklukkan perempuan. Dia ini diam-diam menghanyutkan. Tak perlu banyak kata, langsung aja hahaha... dan menyinggahi berbagai panti pijat+, ++, dan +++. Pun harus pintar berakrobat retorika dari Bosman biar terlihat meyakinkan. Tak lupa gw juga harus melatih jurus berpuitis dan memasang tampang innocent dari Gombrenk biar mahir melakukan pengeboran dangkal. Sayang, sebelum gw tuntas berguru pada ketiganya, kedua cewek itu sudah pindah kos. Sesekali gw berjumpa dengan mereka di townhall dengan senyum di bibirnya yang ough........ampun DJ........

Karena gw pekerja stady day (ngggak kena kerja shift macam Gombrenk dan Bosman yang PSK alias Pekerja Shift KPC) hampir setiap hari, Senin-Jumat, gw sudah harus stand by di tepi jalan raya, 100 m dari kos gw, buat nunggu jemputan bus karyawan jam 06.25 WITA (bus I). Tapi kalau gw lagi malas bangun pagi gw ikut bus kedua jam 07.30. Pulang kantor bus pertama jam 17.00 dan bus kedua jam 18.15. Bus yg disewa perusahaan gw berukuran sedang, tanpa AC, dan dilengkapi sabuk pengaman di tiap kursinya juga full music. Tak beda jauh dengan bus karyawan Thiess. Tapi untuk bus karyawan KPC jauh lebih nyaman. Persis busway di Jakarta. Bercat merah, berpintu otomatis, ber-AC, seat belt, dan full music. Saban Sabtu gw naik bus KPC itu, berhubung kalo Sabtu gw kerja cuma setengah hari. Jadi pulangnya bisa nebeng sampai terminal terus lanjut naik angkot (orang sini nyebutnya taksi) dengan ongkos Rp. 3.000,00 dekat-jauh.

Tiba di kantor jam 07.00 gw absensi ceklok. Terus ke ruang kerja, lihat susu, megang susu, ngremes susu, ngobok-obok susu, terus minum susu dech. Ojo ngeres sik. Tiap bulan tiap karyawan dapat jatah susu bubuk manis, ingat bukan susu kenyal manis lho…. Nah itu yang gw nikmatin ditemani dua bungkus roti yang gw beli di warung deket kos. Sesekali gw koneksikan laptop gw ke internet. Terus ke gudang sample, ngecek sample bore core hasil kerjaan Bosman, Gombrenk, dan exploration geologist KPC lainnya. Cocokin dengan worksheet, beri kode, dan ngambil fotonya bila ada yang tidak sesuai. Terus nyuruh operator preparasi buat proses lebih lanjut. Nunggu hasil analisis kualitas dari laboratorium via CCLASS yang digarap oleh para analis, ingat!!! sekali lagi analis bukan oralis. Gw ngecek dari angka-angkanya: ash, moisture, calorific value, total sulfur, volatile matter, dll. Bila kurang bagus gw bisa minta retest terhadap sample yang sama. Jam makan siang semua karyawan kumpul di ruang makan yang Cuma berukuran 3x3 m buat nyantap menu catering yang berlauk berselingan ayam-ikan. Hahahaha…..sewaktu jumpa Arief Hermawan di Samarinda dia terkejut mendapati gw dengan lahap menyantap sepotong daging ayam. Sepertinya selama 5-6 tahun kita kuliah belum ada yang lihat gw makan ayam yach? Gw dah nggak vegetarian lagi semenjak di Jakarta. Ntah lain waktu mungkin disambung lagi…….

Selanjutnya, buat laporan dan diskusi dengan technical advisor yang ekspatriat dari Venezuela, namanya Humberto. Kalo baru pertama kali lihat dia, pasti kalian nggak nyangka kalo dia itu ekspatriat. Gambaran kita tentang ekpatriat adalah bertampang bule, kulit putih, dan tinggi besar. Tapi Humberto ini lain. Posturnya cuma setinggi gw, kulitnya coklat, dan tampangnya mirip orang Asia. Suatu kali ada seorang sopir kantor yang disuruh menjemput dia di check point (pos satpam) KPC. Hampir satu jam sopir ini nunggu tapi orang yang dicari belum nongol. Lalu sopir ini nelpon ke kantor nanyain si bule yang hendak dijemput. Kata orang kantor si bule sudah ada di check point. Si sopir mendebatnya, katanya nggak ada bule yang ada cuma seseorang bertampang Asia lagi mondar-mandir daan sibuk menelpon. Orang kantor bilang memang itu orangnya. Si sopir lalu tertawa terbahak-bahak, seolah tak percaya.. Yeach, kecele dia.

Humberto ini bahasa Inggrisnya berlogat Spanyol. Susah dimengerti. Untuk membantu komunikasi seringkali bahasa tubuh yang berbicara. Siapa yang nggak bingung lha wong nyebut “problem” jadi “proling”, “sent” jadi “seng”, “HGI (hardgrove grindability index)” jadi “IYY (baca: ai yai yai)”. Capek dech........ Padahal Humberto, pria paruh baya ini, ngambil master di bidang batubara di Amerika dan lama bekerja di SGS Australia. Meski komunikasi oral agak kurang lancar, tapi kalau ngomongin cewek waduh.....jago dia.


Bersambung...................

No comments: