Sebenarnya aku ingin bikin kejutan buat kekasihku. Aku ingin tiba-tiba berdiri di ambang pintu rumahnya dan menelponnya seperti adegan romantis di film-film ataupun sinetron-sinetron percintaan anak muda. Tapi mengingat kereta tiba di Semarang dini hari, dan aku tak ingin merepotkan banyak orang, jadilah kutelpon kekasihku itu. Dan ia terkejut girang……
Sewaktu mahasiswa aku paling sering naik kereta kelas ekonomi murah meriah kayak pasar rakyat, sangat jarang naik kelas bisnis. Maklum kantong cekak. Naik kereta eksekutif baru sekali. Itupun fasilitas dari Pertamina Geothermal, tempatku kerja praktik, dari Jakarta ke Bandung hampir tiga tahun lalu. Baru sekali ini naik kereta eksekutif pake uang sendiri. “Yah, menikmati hasil kerja boleh donk,” pikirku. Aku baru sadar kalo aku belum makan. Pantas saja perutku mual, kepalaku pusing sedari tadi. Jam 22.30, Bung!!! Service snack tak mampu mengganjal perutku. Tak sabar aku menunggu pelayan mendatangiku menawari menu makan. Langsung saja aku menuju pantry memesan nasi goreng. Tak seberapa lama pesananku datang. Langsung saja makan dengan lahap bak korban banjir yang kelaparan. Capek dech......
Tiba di Semarang jam 04.00. Naik taksi argo kena Rp. 15.000,00 kuberi si sopir Rp. 20.000,00 tanpa kembalian. Ah......baru sebulan lalu aku menginjakkan rumah ini dalam acara “pertemuan dua keluarga besar”. Sengaja kusempatkan mendatangi rumah ini lagi karena ada hal mendesak yang ingin kuutarakan pada calon mertuaku ini......
Sabtu sore aku berangkat ke Jogja, sendirian. Pengennya seh mo naik bus wisata JOGLOSEMAR, tapi berhubung waktu yang mendesak aku memilih naik bus patas jam 15.00. Jam 18.30 bus tiba di Jombor. Wima, adik pacarku, udah menantiku. Trus kuminta dia mengantarku beli tiket pesawat untuk esok pagi. Ternyata maskapai penerbangan yang aku cari sudah penuh, bahkan untuk beberapa hari ke depan. Terpaksa naik yang lain. Dapat! Penerbangan sore.
Tak banyak yang bisa aku lakukan di Jogja. Rencananya mo ketemu B’Andi ngomongin buku bunga rampai dan profilnya yang hendak aku tulis buat MH. Giri, sahabatku, lagi pulang kampung. Aku habiskan malan dengan mengukur jalanan Jogja sembari memutar pendulum waktu semasih kuliah....Ah..kota yang sangat berkesan dan sangat memengaruhi diriku. Segala macam aroma kehidupan pernah aku cicipi di tempat ini.
Aku tidur di Ashram Gandhi, tempat yang luar biasa bagiku. Tak semua orang mendapat kesemppatan bisa menjalani kehidupan di ashram. Meskipun itu bukan ashram yang ideal. Sejatinya kurindukan keakraban seperti dulu. Bangun pagi2 untuk beraghnihotra, lalu mengucapkan Gandhian Though dan diskusi perihal berbagi hal. Memasak menu vegetarian. Merancang berbagai kegiatan. Ah…….sungguh pengalaman yang tak ternilai.
Minggu pagi kunikmati keramaian di boulevard UGM. Ah, lagi2 ini memberi kesan mendalam pada masa kuliahku “yang berkelana ke sana ke mari”. Aku janjian ketemu dengan juniorku di Suara Anandam, Rian. Dia baru saja tiba setelah pulang kota di Jakarta. Ngobrol berbagai hal. Usai itu aku ke daerah Malioboro, berburu oleh2 bakpia.
Dalam perjalanan ke bandara aku mengajak Wima makan siang di warung vegetarian “Soma Yoga” di Babarsari. Wima baru pertama kalinya. Suka sekali aku dengan cita rasanya. Meski sudah tak vegetarian lagi tapi aku masih menyimpan keinginan untuk kembali lagi jadi vegetarian kelak.
Tiba di Balikpapan matahari sudah tersapu. Berdua dengan seornag bapak yang kukenal di bandara, kami menaiki taksi ke Samarinda. Aku numpang nginap di kamar Memed, kawanku yang sangat baik, semangat juangnya tinggi. Esoknya aku ke kantor cabang. Empat hari aku di Samarinda. Kamar Memed bersebelahan dengan kos2an cewek di sekitar kampus Universitas Mulawarman (Unmul). Hmmmm….suasana kampus betul2 terasa. Di Samarinda kuselesaikan membaca “Edensor” yang telah menemani perjalananku.
Sewaktu mahasiswa aku paling sering naik kereta kelas ekonomi murah meriah kayak pasar rakyat, sangat jarang naik kelas bisnis. Maklum kantong cekak. Naik kereta eksekutif baru sekali. Itupun fasilitas dari Pertamina Geothermal, tempatku kerja praktik, dari Jakarta ke Bandung hampir tiga tahun lalu. Baru sekali ini naik kereta eksekutif pake uang sendiri. “Yah, menikmati hasil kerja boleh donk,” pikirku. Aku baru sadar kalo aku belum makan. Pantas saja perutku mual, kepalaku pusing sedari tadi. Jam 22.30, Bung!!! Service snack tak mampu mengganjal perutku. Tak sabar aku menunggu pelayan mendatangiku menawari menu makan. Langsung saja aku menuju pantry memesan nasi goreng. Tak seberapa lama pesananku datang. Langsung saja makan dengan lahap bak korban banjir yang kelaparan. Capek dech......
Tiba di Semarang jam 04.00. Naik taksi argo kena Rp. 15.000,00 kuberi si sopir Rp. 20.000,00 tanpa kembalian. Ah......baru sebulan lalu aku menginjakkan rumah ini dalam acara “pertemuan dua keluarga besar”. Sengaja kusempatkan mendatangi rumah ini lagi karena ada hal mendesak yang ingin kuutarakan pada calon mertuaku ini......
Sabtu sore aku berangkat ke Jogja, sendirian. Pengennya seh mo naik bus wisata JOGLOSEMAR, tapi berhubung waktu yang mendesak aku memilih naik bus patas jam 15.00. Jam 18.30 bus tiba di Jombor. Wima, adik pacarku, udah menantiku. Trus kuminta dia mengantarku beli tiket pesawat untuk esok pagi. Ternyata maskapai penerbangan yang aku cari sudah penuh, bahkan untuk beberapa hari ke depan. Terpaksa naik yang lain. Dapat! Penerbangan sore.
Tak banyak yang bisa aku lakukan di Jogja. Rencananya mo ketemu B’Andi ngomongin buku bunga rampai dan profilnya yang hendak aku tulis buat MH. Giri, sahabatku, lagi pulang kampung. Aku habiskan malan dengan mengukur jalanan Jogja sembari memutar pendulum waktu semasih kuliah....Ah..kota yang sangat berkesan dan sangat memengaruhi diriku. Segala macam aroma kehidupan pernah aku cicipi di tempat ini.
Aku tidur di Ashram Gandhi, tempat yang luar biasa bagiku. Tak semua orang mendapat kesemppatan bisa menjalani kehidupan di ashram. Meskipun itu bukan ashram yang ideal. Sejatinya kurindukan keakraban seperti dulu. Bangun pagi2 untuk beraghnihotra, lalu mengucapkan Gandhian Though dan diskusi perihal berbagi hal. Memasak menu vegetarian. Merancang berbagai kegiatan. Ah…….sungguh pengalaman yang tak ternilai.
Minggu pagi kunikmati keramaian di boulevard UGM. Ah, lagi2 ini memberi kesan mendalam pada masa kuliahku “yang berkelana ke sana ke mari”. Aku janjian ketemu dengan juniorku di Suara Anandam, Rian. Dia baru saja tiba setelah pulang kota di Jakarta. Ngobrol berbagai hal. Usai itu aku ke daerah Malioboro, berburu oleh2 bakpia.
Dalam perjalanan ke bandara aku mengajak Wima makan siang di warung vegetarian “Soma Yoga” di Babarsari. Wima baru pertama kalinya. Suka sekali aku dengan cita rasanya. Meski sudah tak vegetarian lagi tapi aku masih menyimpan keinginan untuk kembali lagi jadi vegetarian kelak.
Tiba di Balikpapan matahari sudah tersapu. Berdua dengan seornag bapak yang kukenal di bandara, kami menaiki taksi ke Samarinda. Aku numpang nginap di kamar Memed, kawanku yang sangat baik, semangat juangnya tinggi. Esoknya aku ke kantor cabang. Empat hari aku di Samarinda. Kamar Memed bersebelahan dengan kos2an cewek di sekitar kampus Universitas Mulawarman (Unmul). Hmmmm….suasana kampus betul2 terasa. Di Samarinda kuselesaikan membaca “Edensor” yang telah menemani perjalananku.
No comments:
Post a Comment