Bulan ini dua utangku sudah lunas kubayar. Sudah berbulan-bulan aku memikirkan bagaiman cara membayarnya. Utang pertamaku sama Bli Andi. Sudah tiga bulan hasil wawancara dengannya mengendap di folder laptopku, sejak awal Desember 2007 sampai akhir Februari 2008. Aku tertarik untuk mengangkat profilnya untuk majalah “Media Hindu”. Sudah lama aku ingin menulis feature yang mengangkat kehidupan seseorang. Orang ini menurutku sangat menarik. Profilnya bisa dilihat di http://madeandi.staff.ugm.ac.id/blog. Aku sangat terkesan dengan acara K!ick Andy yang tayang di MetroTV. Acara yang mengangkat perjuangan hidup seseorang yang pantang menyerah pada keadaan. Lagian sudah lama aku tak menulis di “MH”. Kasihan melihat Pak Ngakan berjuang tanpa ada tim yang solid.
Desain wawancara dengan Bli Andi sudah selesai November 2007. Kala itu ia sedang di markas PBB di New York. Ada tiga pertanyaan utama yang aku ajukan: soal keluarga, karir dan pekerjaan, dan soal spiritualitas. Di luar dugaanku ternyata dia tak perlu waktu lama menjawab pertanyaanku. Awal Desember sudah jadi. Wawancara itu ada 35.000 karakter. Aku harus meringkasnya menjadi maksimal 9.000 karakter (tanpa spasi) agar bisa dimuat menjadi dua halaman. Ketika akhir Januari lalu aku sempat singgah ke Jogja dari dinas di Jakarta, sebenarnya aku ingin menginggahi rumahnya dan bertemu dengan anak dan istrinya. Ini penting agar tulisanku lebih hidup. Aku ingin lebih detil mengorek informasi agar tulisanku tidak bias. Tapi ternyata Bli Andi sedang berada di Jakarta. Tapi toh tanpa itu tulisanku kelar juga. Sebelum kukirim ke Pak Ngakan, kukirimi Bli Andi agar mengoreksinya. Kata Bli andi via e-mail, “Cuma koreksi sangat minor.” Setelah kubenahi kukirim sekali lagi ke Bli Andi. Katanya tak ada masalah. Pak Ngakan pun senang. Tulisanku itu bakal dimuat “MH” edisi April atau Mei ini. Sebuah pekerjaan panjang dan dengan sangat rela aku tak dibayar sepeserpun.
Utang keduaku adalah menulis untuk “Bunga Rampai 25 Tahun KMHD UGM”. Aku menulis tentang peran “Suara Anandam” media yang pernah menjadi aktualisasi proses kreatifku. Ogah-ogahan aku menulis. Padahal aku sudah ngumpulin banyak bahan dari internet. Eh..akhirnya kelar juga meski lewat dua hari dari tenggat waktu 15 Maret 2008. Sebenarnya gagasan pembuatan buku untuk memperingati 25 tahun KMHD UGM adalah ideku yang kuutarakan pada Krya Sabha (rapat kerja) KMHD April 2006. Aku sudah melakukan provokasi agar banyak orang yang terlibat. Tapi nyatanya baru delapan tulisan yang masuk (termasuk karyaku). Semoga saja yang lain menyusul biar “Bunga rampai” bisa terbit. Janji adalah utang bagiku. Dan itu sudah kubayar LUNAS!
Desain wawancara dengan Bli Andi sudah selesai November 2007. Kala itu ia sedang di markas PBB di New York. Ada tiga pertanyaan utama yang aku ajukan: soal keluarga, karir dan pekerjaan, dan soal spiritualitas. Di luar dugaanku ternyata dia tak perlu waktu lama menjawab pertanyaanku. Awal Desember sudah jadi. Wawancara itu ada 35.000 karakter. Aku harus meringkasnya menjadi maksimal 9.000 karakter (tanpa spasi) agar bisa dimuat menjadi dua halaman. Ketika akhir Januari lalu aku sempat singgah ke Jogja dari dinas di Jakarta, sebenarnya aku ingin menginggahi rumahnya dan bertemu dengan anak dan istrinya. Ini penting agar tulisanku lebih hidup. Aku ingin lebih detil mengorek informasi agar tulisanku tidak bias. Tapi ternyata Bli Andi sedang berada di Jakarta. Tapi toh tanpa itu tulisanku kelar juga. Sebelum kukirim ke Pak Ngakan, kukirimi Bli Andi agar mengoreksinya. Kata Bli andi via e-mail, “Cuma koreksi sangat minor.” Setelah kubenahi kukirim sekali lagi ke Bli Andi. Katanya tak ada masalah. Pak Ngakan pun senang. Tulisanku itu bakal dimuat “MH” edisi April atau Mei ini. Sebuah pekerjaan panjang dan dengan sangat rela aku tak dibayar sepeserpun.
Utang keduaku adalah menulis untuk “Bunga Rampai 25 Tahun KMHD UGM”. Aku menulis tentang peran “Suara Anandam” media yang pernah menjadi aktualisasi proses kreatifku. Ogah-ogahan aku menulis. Padahal aku sudah ngumpulin banyak bahan dari internet. Eh..akhirnya kelar juga meski lewat dua hari dari tenggat waktu 15 Maret 2008. Sebenarnya gagasan pembuatan buku untuk memperingati 25 tahun KMHD UGM adalah ideku yang kuutarakan pada Krya Sabha (rapat kerja) KMHD April 2006. Aku sudah melakukan provokasi agar banyak orang yang terlibat. Tapi nyatanya baru delapan tulisan yang masuk (termasuk karyaku). Semoga saja yang lain menyusul biar “Bunga rampai” bisa terbit. Janji adalah utang bagiku. Dan itu sudah kubayar LUNAS!
Ini dia nukilan untuk membayar dua utangku itu:
I Made Andi Arsana
Terbang Bersayap Doa
“Saya berhutang budi kepada orangtua, saudara kandung, mertua, dan ipar yang menggantikan banyak sekali peran saya ketika saya berada jauh dari tanahair. Tanpa mereka, saya tidak bisa melakukan banyak hal untuk memenuhi mimpi-mimpi saya,” ungkap I Made Andi Arsana (30) tentang kunci suksesnya sebagai dosen dan peneliti.
Terbang Bersayap Doa
“Saya berhutang budi kepada orangtua, saudara kandung, mertua, dan ipar yang menggantikan banyak sekali peran saya ketika saya berada jauh dari tanahair. Tanpa mereka, saya tidak bisa melakukan banyak hal untuk memenuhi mimpi-mimpi saya,” ungkap I Made Andi Arsana (30) tentang kunci suksesnya sebagai dosen dan peneliti.
Dilahirkan dalam keluarga sederhana di Desa Tegaljadi, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali, membuat Andi, sapaan akrabnya, tak menyangka bisa menjadi pengelana intelektual. “Bapak saya tidak sempat menamatkan pendidikan dasar. Sedangkan ibu lumayan, bisa lulus SD. Secara ekonomi, kami tidak lebih baik dari orang-orang di desa zaman itu. Bapak dan ibu saya petani sekaligus penambang batupadas. Dengan itulah kami hidup di awal tahun 80-an,” terang Andi mengisahkan masa kecilnya.
Seperti kebanyakan anak desa, arena bermainnya adalah sawah. Ia juga memilihara itik dan babi. “Saya pernah punya satu burung tekukur, tupai, anjing, kucing, dan burung emprit di saat yang sama dan kesemuanya bebas berkeliaran di rumah,” papar Andi. Dalam manajemen kasih sayang ala Andi, mereka hidup rukun. “Ada pelajaran tentang cinta dan persahabatan di sana,” kenangnya.
Nilai-nilai hidup yang ditanamkan orangtuanya memberi pengaruh yang mendalam bagi perjalanan hidup Andi. Menjadi anak yang rajin, menyapa orang dengan ramah, minta maaf ketika melakukan kesalahan adalah beberapa hal yang selalu ditanamkan kepada Andi kecil. Dari sang ibu Andi belajar tentang perjuangan dan kemandirian. Sedangkan dari sang bapak ia belajar tentang kepemimpinan dan komunikasi. Dan, itulah yang mengantarkannya meraih beasiswa Australian Leadership Awards untuk program doktoral di University of Wollongong, Australia, tahun ini.
Dan seterusnya.......
Memutar Roda Dharma dengan Aksara
Catatan Eksistensi “Suara Anandam”
There are only two things that can be lightening the world. The sun light in the sky and the press in the earth (Mark Twain).
Boleh jadi semangat seorang novelis, penulis, dan pengajar berkebangsaan Amerika Serikat yang hidup seabad lampau seperti itulah yang menginspirasi John Wood untuk mendirikan 3600 perpustakaan di Asia. Untuk itu ia rela menanggalkan bajunya sebagai eksekutif muda Microsoft dan memilih jalan baru hidupnya sebagai pegiat budaya literasi. Ia mendirikan perpustakaan pertamanya di bekas kerajaan Hindu satu-satunya di dunia, Nepal.
Catatan Eksistensi “Suara Anandam”
There are only two things that can be lightening the world. The sun light in the sky and the press in the earth (Mark Twain).
Boleh jadi semangat seorang novelis, penulis, dan pengajar berkebangsaan Amerika Serikat yang hidup seabad lampau seperti itulah yang menginspirasi John Wood untuk mendirikan 3600 perpustakaan di Asia. Untuk itu ia rela menanggalkan bajunya sebagai eksekutif muda Microsoft dan memilih jalan baru hidupnya sebagai pegiat budaya literasi. Ia mendirikan perpustakaan pertamanya di bekas kerajaan Hindu satu-satunya di dunia, Nepal.
Dan seterusnya.......
Hot spot di Taman Oval Ladang, Tarakan
No comments:
Post a Comment