Kegiatan untuk mengisi akhir pekan sangat terbatas di Sangatta. Tempat nongkrong Cuma di townhall. Mall nggak ada. Kalo mau wisata bahari bisa ke Aquatic di areal KPC dengan jalanan yang mulus bak paha Elly eh semulus paha Dian Sastro seperti yang dituturkan Gombrenk. Tapi kalau mau ke Pantai Teluk Lombok harus mau berpeluh desah eh kesah kayak posting gw beberapa bulan lalu. Kalau mau olahraga juga tersedia fasilitas. “olahraga” juga bisa, tergantung selera. Kalau gw dan rekan-rekan kantor setiap Kamis malam dan Minggu malam main badminton di lapangan badminton persis di samping kos gw. Baru-baru ini hampir tiap minggu main sepakbola dan futsal lawan marketing KPC. Nah, kalau mau membaca juga bisa. Di townhall ada perpustakaan milik KPC yang bisa diakses oleh siapa saja. Tapi sayang sampai saat ini gw belum sempat menyinggahinya. Lha wong jam bukanya itu jam kantor. Kalau Sabtu Cuma setengah hari. Minggu libur. Kalau perpustakaan di Samarinda Senin-Sabtu buka sampai jam 21.00 WITA. Gw sering ke sana sambil nongkrongin para mahasiswi hehehe......Kalau mau baca Kompas kudu ekstra sabar karena selain terlambat terbit, harganya juga mahal, seringkali malah kehabisan. Tapi kalau di barak KPC sepertinya nggak masalah. Buat ngisi weekend gw lebih sering nonton DVD, nonton tv, dan sesekali ke pura yang cuma satu-satunya di Sangatta yang ada di dalam kompleks perumahan Bumi Etam. Biar saru begini gw ini aslinye cah alim dab hehehe......
Kalau mau merasakan suasana lebih kota bisa juga melancongi Bontang, kira-kira satu jam perjalanan dari Sangatta melewati Taman Nasional Kutai yang lagi rusak oleh ulah sekelompok orang yang melakukan pembakaran hutan. Pun kenangan tak terlupakan ketika menghindari jalanan berlubang, beda kalau di Jakarta di mana banyak lubang berjalan dan tidak untuk dihindari. Di Kaltim Cuma ada empat kotamadya: Balikpapan, Samarinda, Tarakan, dan Bontang. Kota Bontang hanyalah kota kecil yang “dibesarkan” oleh dua perusahaan besar: PT Badak LNG dan PT PKT (Pupuk Kalimantan Timur). Buat ngeceng (sekali lagi ngeceng, nggak pake “A”) cuma ada Bontang Plasa (BP). Jangan dibayangkan kayak Malioboro Mall, Galeria, Saphir Square apalagi Amplaz. BP lebih mirip Matahari Plasa di Klaten. Bontang terletak di tepi laut, tepatnya rawa-rawa. Nah, ada satu tempat buat menikmati keindahannya. Lebih indah kalau malam hari Namanya Bontang Kuala. Tempat ini uenak tenan nggo selingkuh. Ada panti pijat ++, maksudnya plus kopi, teh, wedang jahe gitu…..Ok, cukup. Ini bukan catatan perjalanan ataupun jelajah khatulistiwa apalagi wisata kuliner lebih-lebih cerita cabul!
Dalam kesunyian seringkali kita bisa bercakap-cakap dengan hati nurani kita dan memikirkan kembali tentang hidup kita: kerja dan cinta. Dan tentu saja semuanya berujung pada kebahagiaan. Gw jd teringat Komarudin Hidayat (saat ini jadi Rektor UIN Sayrif Hidayattulah Jakarta) yang jadi host di acara “The Great Lecture Series” di Metrotv dua tahun lalu. Acara itu diputar tiap minggu siang, sebelum “Kick Andy”. Acaranya sungguh mencerahkan. Selama satu jam dia bercerita tentang sebuah tema tentang kebahagiaan. Dia bercerita tentang tiga macam kebahagiaan: kebahagiaan material, kebahagiaan intelektual, dan kebahagiaan spiritual. Masing-masing bisa dicapai melalui tingkat kesadaran seseorang tentang hahekat hidupnya. Dari ketiga kebahagiaan itu, kebahagian spirituallah yang tertinggi karena sifatnya yang abadi. Spiritual tidaklah sama dengan religi. Spiritual jauh melampaui dogma-dogma agama yang membuat manusia picik. Saat ini mungkin kita sedang menikmati satu atau dua atau bahkan ketiganya sekaligus. Dan bersyukurlah bila kita bisa menikmatinya. Itu berarti kita menghargai hidup. Sayang, acara yang keren itu sudah nggak tayang lagi..........
Gw teringat pesan Mbah Gandhi, “Happiness depend on what you can give, and not what you can get.” Nah, lu………
Kamar 217 ditemani KLA-Pproject dengan “Yogyakarta”-nya,
Jelang sepekan terbang ke Jogja