Dimuat di Surat Pembaca Bali Post
Menyegarkan Kembali Ormas Hindu
Tahun ajaran baru yang telah beberapa bulan berjalan dimanfaatkan oleh organisasi mahasiswa Hindu untuk memperkenalkan dan menawarkan kepada calon anggota baru agar mau ikut bergabung. Tak terkecuali Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) UGM. KMHD UGM beberapa waktu lalu, tepatnya 13-14 September 2003, melaksanankan agenda rutin tahunan yang bertajuk Kirtanyah Sada Saraswati (KSS).
KSS pada intinya untuk memperkenalkan KMHD kepada mahasiswa baru melalui sebuah acara yang menarik dan penuh kekeluargaan. Tercatat tak kurang dari 90 maba (mahasiswa baru) Hindu yang terdaftar. Biasanya KSS selalu dilaksanakan di sebuah pura di wilayah Gunung Kidul atau Klaten, mengingat di kedua tempat itulah banyak umat Hindu bermukim dan mudah terjangkau dari Jogja. KMHD dari universitas lain di Jogja juga melaksanakan kegiatan sperti itu namun dengan nama dan format yang berbeda. Di Universitas Sanata Darma misalnya, mereka mengadakan malam keakraban tempat tak selalu di pura terkadang menyewa sebuah villa di wilayah lereng Gunung Merapi, Kaliurang. Kegiatan serupa juga dilaksanakan rekan-rekan di Malang dengan nama dharma bhakti. Bedanya di Malang, kepanitiaan dan peserta berasal dari seluruh universitas. Tempatnya pun masih di sekitar Malang yang juga banyak umat Hindu. Biasanya mereka bermalam di sebuah tenda darurat tentara yang didirikan di sebuah tanah lapang. Kegiatan Dharma Pengasraman ini kabarnya telah terlaksana sebanyak kira-kira delapan kali sampai pada akhir 2002 yang dilaksanakan di Gianyar. Tentunya semua kegiatan yang diadakan tersebut tidak terlepas dari tujuan untuk mempersatukan seluruh mahasiswa, khususnya mahasiswa Hindu.
Pada umumnya kegiatan penyambutan maba Hindu, berisikan pengenalan terhadap kondisi keumatan, organisasi itu sendiri, diskusi, kegiatan sosial bazar murah atau bersih-bersih pura, game, jelajah malam dan olahraga. Untungnya semua rangkaian itu tak dibalut oleh perlakukan yang bernuansa militer seperti yang pernah dilakukan di sebuah universitas di Sumatera. Semangat kekeluargaan yang melandasi kegiatan tersebut turut andil dalam membentuk pola pembinaan selanjutnya.
Mahasiswa Hindu (madu) dengan bekal jiwa-jiwa mudanya mencoba menembus keadaan keumatan yang selama ini dibagun oleh para pendahulunya. Madu tak bergantung lagi terhadap otoritas dari lembaga keumatan formal yang diakui pemerintah (PHDI) tetapi cenderung untuk mencari alternatif gerakan yang dinilai membumi dan dengan jiwa anak muda serta tak terbatas oleh sekat-sekat teritorial. KMHDI mencoba menerobos minimnya organisasi madu, meski sebelumnya telah ada Peradah (Pemuda Hindu Indonesia), dengan memimpikan terbentuknya jaringan organisasi madu di seantero Nusantara. Beberapa waktu lalu lahir Forum Intelektual Muda Hindu Dharma (FIMHD) yang mendobrak keleluasan kegiatan madu dengan pemikiran dan kegiatannya yang kritis, cerdas dan tajam.
Lalu bagaimana dengan organisasi madu tingkat kampus atau bagaimana pula madu yang tak tertampung aspirasinya dan memilih untuk menjadi outsider? Justru ruang lingkup yang terbatas itulah yang menjadi modal penting untuk terus bergerak. Dengan wilayah kerja yang demikian, tentu menjadikannya tepat sasaran. Diskusi-diskusi ringan hingga berat akan mudah tersalurkan melalui media-media yang tak begitu banyak orangnya. Sedangkan bagi rekan-rekan yang tak kebagian peran, alangkah baiknya mencari peran lain yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya, tak perlu menunggu untuk diperintah. Masih banyak ruang apresiasi yang belum terisi oleh anak muda Hindu untuk kemajuan agama.
No comments:
Post a Comment