Monday, June 11, 2007

>si Omez 1


dimuat Suara Anandam tahun 2000-2001


Seperti biasa tiap malam purnama dan tilem, Omez selalu mengajak kekasihnya ke pura. Dengan bermodal sepeda motor butut kesayangannya yang berwarna merah, Omez dengan riang gembira menjemput sang pujaan hati di tempat kos yang kebetulan nggak begitu jauh dari in the kosnya. Lama sekali ia menunggu di ruang tamu namun pujaan hati kok belum muncul juga padahal jarum arlojinya udah nunjukin pukul 18.43. Selang beberapa menit kemudian, pujaan hatinyapun muncul dan yang membuat Omez heran ketika ia melihat kekasihnya belum juga mengenakan pakaian ke pura. “Udah jam berapa nih? Ntar kemalaman di jalan lho!” tanya Omez dengan penuh perhatian dan kekasihnyapun menjawab “Sorry Mez, kali ini saya nggak bisa ikut lagi harinya nih urusan wanita”. Sebenarnya dalam diri Omez pengen sekali mengajak berdebat namun ia urungkan mengingat situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Dan dengan hati yang kesal Omez segera memacu kuda besinya ke pura Dero. Dalam hatinya berkecamuk penuh ketidakpuasan.
“Tuhan telah menciptakan gender yang menempatkan wanita pada sisi yang tidak menguntungkan. Bayangkan! Seorang wanita yang mengalami menstruasi dianggap tidak suci padahal secara ilmiah kejadian itu adalah normal karena yang disebut wanita harus mengalami hal demikian. Apakah dalam keadaan seperti itu wanita tidak boleh ke pura? Padahal yang namanya tempat suci betapapun dibalut oleh berbagai kekotoran, ya…tetap suci tak berubah kesuciannya. Apaka Tuhan takut oleh “hal itu” sehingga menutup mata dan hidungnya ketika wanita tersebut sujud kepada-Nya? “
Sampai di halaman pura Omez melihat umat sedang ngantri menunggu giliran sembahyang dan iapun berniat membatalkan ke pura dan memilih sembahyang sendiri di kamar namun ia melihat Dita, teman kampusnya, sehingga ia berubah haluan. Setelah basa-basi iapun mengutarakan unek-uneknya pada Dita.
“Gimana Dit menurutmu?”tanya Omez dan tentu saja Dita sebagai kaum hawa menjawab “ Ya jelas dong, kami wanita pada saat demikian tidak akan merasa nyaman pergi kemanapun apalagi ke pura” Balas Omez tak mau kalah “ Lho itu kan wanita jaman dulu ketika teknologi pambalut belum secanggih saat ini, sekarang……lihat aja sendiri !!!!”
“Nah meskipun saat ini udah ada pembalut wanita yang super canggihpun, kami akan tetap tidak akan merasa nyaman”
“Kenapa bisa begitu?” Omez penasaran
“Iya secara fisik sih mungkin bersih tapi…… batin ini nggak tenang, gimana mau konsentrasi kalo emosi lagi labil”
“Ah itu kan cuman perasaan aja! Kalo toh kita memberihkan diri dengan mandi sambil mengucapkan mantra kan udah beres lagian ini kan jaman modern bhisama-bhisama yang udah usang dan tidak kontekstual seperti itu kok dibiarin aja” debat Omez
“Tidak semudah yang ucapkan Mez, sayang ….kau cowok so nggak bisa ngrasain sih”
“Gimana kita mo maju ke depan, di lain pihak kaum wanita menuntut emansipasi yang katanya…….kudu sederajat ama pria tapi….???????”
Dita pun nggak mau kalah “Nah, kalaupun tetap ke pura apa nggak melanggar kitab suci. Padahal di pura kan nggak boleh ngeluarin air mata dan darah”
“Itu kan kitab suci edisi kadaluarsa, jaman sekarang kan beda. Harusnya ya dikeluarin lagi kitab suci edisi revisi kalau perlu edisi khusus mahasiswa, masak kalah ama buku kuliah”
Gila en keras kepala juga nih Omez. Begitulah…. Omez terus bersikeras terhadap argumennya. Entah sampai kapan ia dapat mempertahankannya atau malah Omez dapat mempengaruhi pikiran banyak orang.

No comments: