Monday, June 11, 2007

>SSG


Suluh. Naskah ini blm lengkap……………


Love All, Serve All
Pancaran Kasih Sai Baba



“Aku mempunyai “tugas” untuk membimbing semua yang menyimpang dari jalan yang benar agar kembali ke kebajikan dan menyelamatkan mereka.”
(Bhagawan Sri Satya Sai Baba)


Alunan musik yang berasal dari getaran selaput kendang dan kecrek-kecrek memenuhi sebuah ruangan. Mirip irama musik dangdut. Ditambah lagi syair yang dilantunkan layaknya film-film India, mempertegas kesan itu. Belasan orang duduk bersila, di atas karpet merah. Laki-laki di sebelah kanan. Para perempuan di sebelah kiri. Taburan bunga mawar merah, yang membentuk garis lurus, menjadi pembatasnya. Di depan mereka tampak sebuah altar pemujaan. Tampak pula sebuah kursi empuk yang dibiarkan kosong. Dan foto-foto besar seorang pria baya berjubah oranye, berkulit gelap, berambut hitam dan kribo, dalam beberapa pose, terpampang dalam ukuran besar memenuhi dinding ruangan itu.
Ada dua orang yang memainkan alat musik: kendang dan kecrek-kecrek. Seorang yang lainnya bernyanyi. Sebait lagu dinyanyikan. Selanjutnya, orang-orang di ruangan itu, secara bersama-sama, mengulangi bait itu. Begitu seterusnya, hingga sepuluh lagu. Di penghujung “ritual” itu, salah seorang di antara mereka berdiri dan menyalakan sejenis lilin. Lalu ia menggoyang-goyangkannya di hadapan laki-laki yang terpampang dalam foto-foto itu. Selanjutnya, ia membalik badannya. Dan serta-merta orang-orang yang duduk bersila di bawahnya membuat gerakan, seolah-olah membasuh tubuh mereka dengan pancaran api tadi. Lalu masing-masing orang menggoreskan vibhuti (sejenis abu) pada keningnya,
Kegiatan itu, yang disebut bhajan, merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh suatu kelompok spiritual yang menamakan diri Sai Study Group (SSG).

Apa itu SSG?
SSG merupakan suatu kelompok yang mempelajari ajaran-ajaran Weda. Weda bersifat universal. Siapapun boleh mempelajarinya, tanpa harus meninggalkan agama yang dianutnya. Tempat untuk mempelajari Weda bagi bhakta (anggota) SSG disebut center. Center SSG telah tersebar di seluruh Nusantara. Center-center yang ada di wilayah Nusantara bukanlah tempat ibadat seperti mandir, kuil atau pura. Di Sai Center para bhakta tidak melakukan ritual atau upacara seperti yang biasa dilakukan di tempat ibadah tersebut di atas.
SSG telah tersebar di seluruh negara. Di Indonesia, SSG berada di bawah naungan Yayasan Sri Sathya Sai Centre yang berkedudukan di Jakarta. Keragaman etnis dan keyakinan tercermin pada identitas para bhakta-nya. Para bhakta, berdasarkan golongan umur, dikelompokkan menjadi tiga, yaitu balvikas (5-15 tahun), youth vikas (16-35 tahun), dan werdhavikas (di atas 35 tahun).

Lintas agama, satu iman
Bhagawan Sri Satya Sai Baba, Sang Guru, mengatakan bahwa hanya ada satu agama, yaitu agama cinta kasih. Ini berarti semua pengikut (bhakta) Sai Baba tetap pada koridornya dengan berpegang teguh pada agama masing-masing, tanpa perlu berpindah agama atau menyuruh orang lain untuk berpindah agama. Yang terpenting adalah bagaimana setiap bhakta mempelajari dan menekuni agamanya sendiri dengan penuh keyakinan tanpa harus merasa agama yang satu lebih baik dari agama yang lain. Sama sekali tidak ada pemaksaan atau pembelokan yang disengaja dilakukan untuk mengalihkan agama. Yang didiskusikan di center adalah kebenaran-kebenaran yang bersifat universal sebagaimana makna Weda itu sendiri, yaitu Om ano badrah kratavo yantu visvatah (dari arah manapun kebenaran itu datangnya, ia tetap metupakan kebenaran).

Ragam kegiatan
SSG memiliki tiga kegiatan pokok, yaitu bhajan (menyanyikan lagu-lagu rohani), seva (pelayanan), dan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan (PNK). Bhajan dilakukan seminggu dua kali, seperti yang dilakukan oleh para bhakta SSG Yogyakarta, misalnya. “Di sini bhajan dilakukan setiap Senin dan Kamis. Di daerah lain bisa berbeda-beda. Kalau di Denpasar biasanya setiap Selasa dan Kamis,” jelas Mang Ndut (21), seorang bhakta di Yogyakarta.
Lagu-lagu bhajan tidak hanya menggunakan bahasa Sansekerta, tetapi juga menggunakan bahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin. Soal alat musik, tak semuanya harus menggunakn kendang, gitar juga boleh. Sejak menjadi bhakta, Wayan Suweta (28) merasakan ada peningkatan spiritual dalam hidupnya. Ia dapat memuja Tuhan di manapun. “Ketika naik sepeda motor saya sering bhajan sendirian, sembari menyusuri jalan,” terang Wayan. Tak hanya itu, “Dari bhajanlah saya bisa main kendang dan tabla. Ya, meski ala kadarnya tapi cukuplah untuk mengiringi para bhakta melakukan bhajan,” tambahnya. Di dalam SSG juga dibentuk kelompok musik Sai Gopi, juga ada kelompok seni drama gong/sendratari.
Selain bhajan, kegiatan lain yang dilakukan adalah seva. Seva merupakan wujud nyata dari cinta kasih kepada sesama teruatama kaum yang tak berpunya dan membutuhkan pertolongan. Bentuk-bentuk seva bisa bermacam-macam. Mulai dari pengobatan gratis, donor darah, sembako murah, sumbangan pakaian layak pakai, hingga menyumbang air bersih untuk penduduk di Gunung Kidul.
SSG memandang penting terhadap perkembangan sumberdaya manusia. Untuk itulah pendidikan yang berorientasi pada kemanusiaan giat dikampanyekan. Berangkat dari pemahaman bahwa pendidikan haruslah mengangkat harkat dan martabat manusia, maka SSG membuat program Pendidikan Nilai-nilai Kemanusiaan (PNK). Wujud dari itu, misalnya yang dilakukan oleh SSG Yogyakarta, adalah memberikan pendampingan kepada anak-anak usia 5-25 tahun di Desa Blimbing, Kecamatan Karangnongko, Klaten.
“Dalam melakukan pendampingan, kami selalu mengemasnya dengan suasana yang santai. Dengan bhajan dan dongeng-dongeng membuat anak-anak merasa senang sehingga pesan-pesan yang kami sampaikan mudah mereka mengerti,” terang Mang Ndut.

Pilar-pilar penggerak
Sebagai organisasi yang universal dan sangat menjunjung tinggi kemanusiaan maka SSG merumuskan landasan geraknya ke dalam lima pilar. Kelima pilar itu adalah tanpa kekerasan (ahimsa), kebenaran (satya), kebajikan (dharma), kedamaian (shanti), dan kasih sayang (prema).
Tanpa kekerasan bisa diartikan bahwa setiap bhakta harus menjalani kehidupannya dengan pikiran, perkataan, maupun tindakan yang tidak menyakiti orang lain. Kebenaran berarti setiap bhakta harus menghormati dan meyakini kebenaran yang datang dari berbagai sumber kehidupan. Kebajikan berarti setiap apa yang dilakukan bhakta harus bertujuan untuk kebajikan seluruh umat manusia. Kedamaian berarti bahwa setiap bhakta dalam menjalankan kehidupannya masing-masing haruslah bertindak sopan, sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat sehingga mampu mendorong kedamaian. Kasih sayang berarti setiap bhakta harus menyadari bahwa sesuatu yang terjadi pada orang lain berarti juga terjadi pada diri sendiri. Untuk itu kasih sayang mampu memersatukan segenap umat manusia.

No comments: