Monday, June 11, 2007

>mbuh


lg iseng d kamar. pd suatu hr yg suntuk



Menjadi Manusia “Gembel”


“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina” kata sebuah pepatah. Sepanjang hayatnya, manusia dituntut untuk terus mau belajar. Belajar tak hanya mencerdaskan otak. Jauh yang lebih penting adalah mencerdaskan emosional (EQ) dan spiritual (SQ). Mengapa? Anggapan awam di masyarakat masih melihat kesuksesan dan kebahagiaan seseorang selalu diukur dengan tingginya pendidikan dan jabatan yang diembannya. Padahal, ternyata, telah menjadi kenyataan bahwa kesuksesan seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh EQ dan SQ. Banyak orang yang pandai dan kaya, bahkan sangat pandai dan kaya, tetapi ternyata dalam hidupnya tak meraih kebahagiaan.
Lalu bagaimana mengukur kebahagiaan dan kesuksesan itu? Sifat dasar manusia adalah senang memberi. Memberi tak harus berujud materi, bahkan seringkali pemberian dalam bentuk nonmateri jauh lebih berarti. Mahatma Gandhi pernah berucap “Happiness depends on what you can give, and not what you can get”. Memberi mengajarkan kita untuk selalu peduli terhadap kehidupan. Kehidupan yang diisi oleh mahkluk tak hanya manusia melainkan pula diisi oleh hewan, tumbuhan, jin, setan dan tentu saja bumi tempat kita berpijak ini. Namun, seringkali manusia terlalu asik untuk terus meminta kepada bumi ini segala sesuatu untuk memenuhi segala keinginannya bahkan untuk itu tanpa disadari manusia telah melakukan “pemerkosaan”. Memberi membuat hati ini menjadi bahagia. Memberi melatih kita untuk menjadi proaktif. Artinya, melatih diri untuk berani mengekspresikan eksistensi diri kita. Seringkali stres muncul dari ketidakmampuan dan ketakutan seseorang utuk mengungkapkan isi hatinya. Untuk itu, mari kita mengembangkan diri terus-menerus, tanpa henti, mencermati segala sesuatu di sekitar kita dan menjadikannya untuk lebih mencerdaskan. Tak usah takut karena kebiasaan memberi itu membuat kita menjadi gembel. Justru di situlah, kita menjadi manusia “gembel” sejati. Ya, gemar belajar alias “gembel”.

Berlomba di Akademi Fantasi Indonesia


Siapa yang tak kenal Akademi Fantasi Indosiar? Program tv yang tengah menjadi kegemaran masyarakat kita. Mulai dari anak-anak sampai kakek-nenek. Mulai dari tukang becak sampai direktur perusahaan. Mulai dari dusun di pelosok Gunung Kidul sampai kota metropolitan Jakarta. Semuanya tergila-fila oleh acara itu. Sebenarnya apa sih yang membuat acara tersebut menjadi sebegitu istimewa? Sebuah analisis sederhana, mungkin. Keterlibatan unsur emosional penonton telah menjadikan tayangan ini bak drama kehidupan. Lihat saja, ekspresi tawa, gembira, isak tangis, tetesan air mata begitu mudah tersaji. Ya, namanya saja negeri fantasi. Tentu semuanya dilukiskan dengan hal-hal yang indah. Tak ada batas, semua bisa terlukis dan terwujud di dunia fantasi.
Sebenarnya, puncak show dunia fantasi masih akan terjadi bulan Juli mendatang, tepatnya tanggal 5. Lho, itu kan pemilihan presiden? Ya, betul. Semoga saja para kandidat pemimpin negeri ini telah menyiapkan mental untuk tidak terlena dengan fantasinya masing-masing. Fantasi untuk memperbaiki kebobrokan negeri ini. Bersiap untuk menghadap kenyataan riil. Mereka pun juga harus bertanggung jawab telah menyebarkan virus fantasi yang begitu membuai angan segenap rakyat negeri ini. Mari kita ucapkan selamat berlomba kepada para “academia” di ajang “Akademi Fantasi Indonesia”. Selamat berfantasi!

No comments: