Malam itu Omez sedang duduk sendiri di dalam kamar kosnya. Tak tahu apa yang dilakukan, yang jelas ia duduk bersila dengan mata terpejam, mulut komat-kamit, dan jari-jari tangannya sibuk memutar-mutar serangkaian biji bulat-bulat. Tak lama kemudian Omez berhenti dan melanjutkan dengan membaca sloka-sloka Bhagawadgita yang dihafalnya dengan alunan suaranya yang serak-serak basah.
Penghuni sebelah kamarnya sedang sibuk main PS, desing suara tembakan dari loud speaker dan teriakan turut mewarnai malam itu. Sedangkan penghuni depan kamar Omez juga asik rame-rame nonton film komedi Mr. Bean. Beberapa saat kemudian datang serombongan penghuni kos yang lain dengan membawa bungkusan berisi sate ayam dengan aroma yang menggoda lidah, denting piring dan sendok yang beradu menambah marak suasana Wisma Enteng Jodoh, tempat kos si Omez.
Samar-samar terdengar obrolan di antara mereka,”He, kawan, kemana si Omez? Kok dari tadi kagak tampak batang hidungnya?” tanya si Kino memulai perbincangan.
“Betul sejak tadi sore lampu kamarnya nggak dinyalain. Dia keluar kota kali.” ungkap Bono menduga-duga.
“Hei, coba dengerin! Kayaknya itu suaranya si Omez ya?” tanya Bimbim kepada yang lain
Kino menyahut,”Ya benar, coba kecilin suara tape-nya! Kayaknya dia lagi sembahyang”
Kontan saja Bono dan Bimbim tertawa terbahak-bahak,”Yang bener aja, baru kali ini aku dengar si Omez inget ama Tuhannya. Kemarin2............”
Kino menyahut,”Jangan bilang gitu dong, dia kan temen kita juga. Oh, ya hari ini kan Nyepi, pantas saja aku tadi ngeliat TV kalo jalan2 di Bali pada sepi kayak nggak ada kehidupan”
Bimbim dan Bono serentak berkata,”Oh ya benar, aku lupa. Kemarin kan Omez pamitan ama kita mau ke Prambanan, mau sembahyang katanya”
Ketika asik ngobrol terlihat Omez sedang berjalan menuju kamar mandi dan sekembalinya merekapun memanggil si Omez untuk ditanyai.
“Mez, kamu lagi Nyepi ngapain aja? Apa cuman diem aja di dalam kamar?’ tanya si Bimbim penasaran.
Omez menjawab “Kalo aku sih emang diem aja di kamar merenung apa yang telah aku lakuin hari-hari sebelumnya. Aku pengen berbuat sesuatu yang lebih baik untuk masa depanku”
Kino, Bimbim, dan Bono serentak menjawab,”Maksudmu piye? Kita nggak ngerti”
“Waduh payah kalian ini semua, dasar IQ jongkok! Aku ngerayain Nyepi dengan berdiam diri bukan bertujuan untuk mendapat pengampunan dosa atau jadi orang sakti mandraguna tapi aku pengen berkomunikasi ama diriku yang sejati, dengan Tuhan yang bersemayam di dalam diriku”
“Tuhan di dalam diri bagaimana maksudmu?” tanya mereka serempak.
“Kok kalian kompakan banget sih, heran aku” jawab Omez, sambungnya“Aku menganggap Nyepi sebagai proses pendewasaan, sebagai proses evaluasi diri, sebagai media pencarian idealisme. Emang aku jarang banget ke Pura, bukan karena malas tapi aku nggak nemuin kedamaian malah suntuk ketemu orang-orang yang nggak jelas tujuannya. Menurutku Nyepi harus dimaknai secara mendalam.”
Ketika Omez asik bercerita mereka bertiga terbengong-bengong mendengar ocehan Omez yang nggak seperti biasanya. Lanjut Omez ”Suasana nyepi akan menimbulkan keadaan batin yang tenteram dan damai. Pada dasarnya Nyepi bukan hanya milik umat Hindu tapi milik seluruh umat manusia. Coba bayangin kalo aja orang-orang di Ambon, Israel, Poso atau daerah-daerah konflik lainnya atau bahkan para pemimpin bangsa ini mau dan mampu memaknai nyepi tentu akan tercipta suasana yang kondusif untuk membangun masa depan yang cerah bagi anak cucu nanti.”
Bono tertegun seraya berkata,”Bagus banget uraianmu itu, tumben aku denger kau ngomong berfilosofis gitu”
Omez menjawab,”Ah, kalian kan belum kenal aku seluruhnya. Eh, ngomong-ngomong satenya enak juga”
Bono, Bimbim, dan Kino serentak berkata,”Jadi, kamu nggak puasa????!!!!!!. Dasar bandel”
Mendengar itupun Omez segera lari ke kamarnya, tidur menunggu matahari terbit esok hari.
Penghuni sebelah kamarnya sedang sibuk main PS, desing suara tembakan dari loud speaker dan teriakan turut mewarnai malam itu. Sedangkan penghuni depan kamar Omez juga asik rame-rame nonton film komedi Mr. Bean. Beberapa saat kemudian datang serombongan penghuni kos yang lain dengan membawa bungkusan berisi sate ayam dengan aroma yang menggoda lidah, denting piring dan sendok yang beradu menambah marak suasana Wisma Enteng Jodoh, tempat kos si Omez.
Samar-samar terdengar obrolan di antara mereka,”He, kawan, kemana si Omez? Kok dari tadi kagak tampak batang hidungnya?” tanya si Kino memulai perbincangan.
“Betul sejak tadi sore lampu kamarnya nggak dinyalain. Dia keluar kota kali.” ungkap Bono menduga-duga.
“Hei, coba dengerin! Kayaknya itu suaranya si Omez ya?” tanya Bimbim kepada yang lain
Kino menyahut,”Ya benar, coba kecilin suara tape-nya! Kayaknya dia lagi sembahyang”
Kontan saja Bono dan Bimbim tertawa terbahak-bahak,”Yang bener aja, baru kali ini aku dengar si Omez inget ama Tuhannya. Kemarin2............”
Kino menyahut,”Jangan bilang gitu dong, dia kan temen kita juga. Oh, ya hari ini kan Nyepi, pantas saja aku tadi ngeliat TV kalo jalan2 di Bali pada sepi kayak nggak ada kehidupan”
Bimbim dan Bono serentak berkata,”Oh ya benar, aku lupa. Kemarin kan Omez pamitan ama kita mau ke Prambanan, mau sembahyang katanya”
Ketika asik ngobrol terlihat Omez sedang berjalan menuju kamar mandi dan sekembalinya merekapun memanggil si Omez untuk ditanyai.
“Mez, kamu lagi Nyepi ngapain aja? Apa cuman diem aja di dalam kamar?’ tanya si Bimbim penasaran.
Omez menjawab “Kalo aku sih emang diem aja di kamar merenung apa yang telah aku lakuin hari-hari sebelumnya. Aku pengen berbuat sesuatu yang lebih baik untuk masa depanku”
Kino, Bimbim, dan Bono serentak menjawab,”Maksudmu piye? Kita nggak ngerti”
“Waduh payah kalian ini semua, dasar IQ jongkok! Aku ngerayain Nyepi dengan berdiam diri bukan bertujuan untuk mendapat pengampunan dosa atau jadi orang sakti mandraguna tapi aku pengen berkomunikasi ama diriku yang sejati, dengan Tuhan yang bersemayam di dalam diriku”
“Tuhan di dalam diri bagaimana maksudmu?” tanya mereka serempak.
“Kok kalian kompakan banget sih, heran aku” jawab Omez, sambungnya“Aku menganggap Nyepi sebagai proses pendewasaan, sebagai proses evaluasi diri, sebagai media pencarian idealisme. Emang aku jarang banget ke Pura, bukan karena malas tapi aku nggak nemuin kedamaian malah suntuk ketemu orang-orang yang nggak jelas tujuannya. Menurutku Nyepi harus dimaknai secara mendalam.”
Ketika Omez asik bercerita mereka bertiga terbengong-bengong mendengar ocehan Omez yang nggak seperti biasanya. Lanjut Omez ”Suasana nyepi akan menimbulkan keadaan batin yang tenteram dan damai. Pada dasarnya Nyepi bukan hanya milik umat Hindu tapi milik seluruh umat manusia. Coba bayangin kalo aja orang-orang di Ambon, Israel, Poso atau daerah-daerah konflik lainnya atau bahkan para pemimpin bangsa ini mau dan mampu memaknai nyepi tentu akan tercipta suasana yang kondusif untuk membangun masa depan yang cerah bagi anak cucu nanti.”
Bono tertegun seraya berkata,”Bagus banget uraianmu itu, tumben aku denger kau ngomong berfilosofis gitu”
Omez menjawab,”Ah, kalian kan belum kenal aku seluruhnya. Eh, ngomong-ngomong satenya enak juga”
Bono, Bimbim, dan Kino serentak berkata,”Jadi, kamu nggak puasa????!!!!!!. Dasar bandel”
Mendengar itupun Omez segera lari ke kamarnya, tidur menunggu matahari terbit esok hari.
No comments:
Post a Comment