Monday, June 11, 2007

>si Omez 4



Kira-kira jam 23.15 WIK (Waktu In The Kost) Omez keluar dari kamarnya menuju warung angkringan di depan gardu ronda di pojok gang kira-kira 50 m dari kosnya. Sedari pagi Omez belum makan, cacing-cacing di perutnya sudah tak sabar menanti kedatangan sang nasi. Malam itu hujan rintik-rintik, keheningan malam turut menemani Omez menikmati bungkusan nasi kucing. Segelas teh hangat cukuplah membuat tubuhnya terasa nyaman. Hujan lebat sedari pagi menghiasi kota Yogya. Sambil sibuk menyuapkan pisang goreng ke dalam mulutnya Omez berpikir “Untung nggak kena banjir! Coba kalo banjir???!!!” lanjutnya sambil menatap tajam pisang goreng di genggamannya” “kamu nggak bisa menghuni singgasana perutku ini”
Beberapa hari ini siaran radio, televisi, koran dipenuhi oleh berita banjir dari pelosok nusantara. Jambi, Jakarta, Situbondo, Bondowoso, Bali, Lombok, Jember penuh dengan air bah. Lagi asyik-asyiknya ngelamun muncul si Saru langsung duduk di samping Omez.
”Jeruk panas, Pak!” pinta Saru pada pedagang angkringan, lanjutnya “Hai, Mez ngapain aja bengong, nggak usah dipikirin cewek emang gitu cari aja yang lain.”
Omez yang disapa demikian jelas sewot, “He, ngapain mikirin cewek, harusnya cewek-cewek itu yang mikiran aku”
“Huu, sok cakep lu” lanjutnya “ emangnya apa yang kamu pikirin? Tampang kusut banget gitu kaya belum disetrika aja”
“Coba bayangin, beberapa hari ini negeri kita sedang dilanda musibah banjir”
“Trus apa hubungannya ama kamu, emangnya korban banjir itu sodaramu, keluargamu, pacarmu, kenalanmu. Jangan sok sosial ahh!!. Mending pikirin diri sendiri aja lagian dingin-dingin gini enak lho minum jeruk panas”
“Nah, seharusnya kejadian seperti itu justru membuat kita menjadi sadar akan hakekat sebagai manusia yang harus saling menolong dan bekerja sama. Kamu tadi bilang dingin-dingin gini enak minum jeruk panas. Nah kalo yang kedinginan di sono” sambil mengacungkan telunjuknya “mereka bisa mati kedinginan”
“Nah, kamu tau kan hukum karmaphala? Dengan itu Tuhan menunjukkan keadilan kepada umatnya” Saru tak mau kalah “Alam pasti marah melihat ulah manusia yang sembrono bikin ini bikin itu akibatnya banjirrrr”
“Aku setuju dengan kamu. Pembangunan selama ini lebih menitkberatkan pada keuntungan pribadi kaum borjuis. Liat aja, krisis ekonomi siapa yang bikin? !!Udah berapa hektar hutan-hutan digunduli??!!. Udah berapa banyak gedung-gedung dibangun di atas lahan resapan air ??!!. Udah berapa banyak sampah-sampah menggunung??! Para birokrat dengan mudahnya memberi izin kepada investor begitu disodori amplop. Dan…..moral udah rusak”
“Jakarta sebagai cerminan Indonesia, tidak belajar dari Belanda. Udah tau daerahnya rawan banjir eeh…. malah cuek aja. Mereka tergugah cuman pada waktu musibah aja setelah banjir lewat solidaritas lewat pula, kenapa nggak ngelakuin hal preventif mencegah banjir.”
“Nah, musibah menyebabkan solidaritas makin menguat. Manusia cenderung mencari momen-momen tertentu untuk menumpahkan isi hatinya. Kayak sekarang ini mendekati hari raya Nyepi, umat Hindu ramai-ramai bikin kegiatan. Di KMHD juga ada kegiatan mulai dari sosial, religius sampe ajang seni. Aku berharap acara seperti itu membuat kita makin dekat. Orang Jawa, Bali, India bisa berbaur dan menikmati perbedaan dalam kebersamaan.”
“Nah, balik lagi ama musibah yang sedang melanda negeri ini. Sebagai umat Hindu gimana peran kita untuk menciptakan keharmonisan alam ini. Pembangunan harus berwawasan lingkungan. Kan ada ajaran Tri Hita Karana dimana keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, lingkungan dan antar mahkluk hidup. Kalo kita berpegang teguh dengan ajaran itu aku yakin negeri kita akan aman sentosa. Emang di jaman Kaliyuga, manusia terperosok dalam kemerosotan mental.”
“Eh.. omong-omong aku udah ngantuk nih, besok ada kuliah pagi, cabut yuk” sambil mereguk teh yang tersisa, lanjutnya “Berapa, Pak, nasi 5, gorengan 7, sate 3, jeruk panas 1? Jawab pedagang “Enam ribu mas”
“Waduh duit saya gede nih, biar dibayarin ama temenku ini Pak” sambil menunjuk Saru dan langsung ngibrit lari
“Eh sialan, kena lagi deh” gerutu Saru

No comments: