Monday, June 11, 2007

>wawancara VCO

Majalah “Kabare Kagama” Edisi 158/XXXI/Agustus 2005

Dra. Ani Setyopratiwi, M.Si:
“Membuat VCO itu Membutuhkan Kejujuran dan Ketekunan”
Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (MIPA) Universitas Gadjah Mada telah melakukan penelitian pembuatan minyak tanpa pemanasan sejak tahun 1980. Penelitian ini dilakukan oleh dosen-dosen di laboratorium maupun mahasiswa sebagai tema tugas akhir. Salah satu hasil penelitian tersebut yang akhir-akhir ini menjadi bahan pembicaraan adalah Virgin Coconut Oil (VCO).
Salah satu peneliti yang concern terhadap minyak kelapa ini adalah Dra. Ani Suryopratiwi, M.Si, yang saat ini menduduki jabatan Lektor Kepala di Jurusan Kimia UGM. Ditemui di ruang kerjanya, perempuan kelahiran Yogyakarta, 25 November 1962, ini sangat antusias menceritakan VCO yang banyak diperbincangkan orang itu.


Bagaimana ikhwal penemuan minyak kelapa ini?

Awalnya, orang-orang Barat heran melihat orang-orang di daerah tropis, seperti Indonesia, badannya langsing dan sehat. Jarang terkena penyakit berat seperti jantung, hipertensi, atau kanker. Setelah mereka selidiki, ternyata itu disebabkan karena orang Indonesia sering mengonsumsi minyak kelapa.

Sejak kapan Anda tertarik meneliti minyak kelapa?

Saya mulai meneliti minyak kelapa sejak awal menjadi dosen di Jurusan Kimia (ia menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Kimia UGM tahun 1988. Pada tahun 1996 ia meraih gelar M.Si, juga dari UGM untuk bidang studi yang sama-red).

Bagaimana sebenarnya VCO itu?

Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa yang benar-benar murni. Maksudnya, struktur kimiawinya sama persis ketika dalam bentuk santan. Uniknya, cara pembuatannya tidak boleh melalui proses pemanasan dan penambahan bahan.

Ada berapa cara untuk membuat VCO itu?

Ada tiga cara yang dikembangkan dalam pembuatan minyak kelapa, yaitu: pengasaman, pancingan, dan penggaraman. Ketiga cara tersebut dapat menghasilkan minyak dengan kualitas cukup baik dan tahan terhadap ketengikan yang disebabkan oleh kadar antioksidan alaminya yang masih utuh. Namun, kadangkala, ketiga cara tersebut tidak selalu berhasil.


Apa yang menarik dalam proses pembuatan VCO itu?

Di sinilah seninya, karena prosesnya yang rumit dan lama, butuh ketelitian, ketekunan, kesabaran, dan kejujuran dalam proses pembuatannya. Ini dilakukan agar citra VCO yang telah terbukti memiliki kemampuan yang sangat baik dalam meningkatkan kesehatan tidak terpuruk hanya karena pembuatan dan perlakuan yang tidak benar.

Apa manfaat VCO bagi kesehatan?

Minyak virgin yang dibuat secara benar memiliki khasiat dapat menurunkan LDL-kolesterol, menurunkan kadar gula darah, menurunkan berat badan, sebagai antioksidan, yang bahkan dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Kebutuhan manusia terhadap monolaurin sebesar 1800–2400 mg per hari, sebagian besar dapat diperoleh dari minyak virgin yang memiliki kandungan asam laurat 48%.

Apakah efeknya dapat dirasakan langsung?

Kalau Anda capek-capek, pegal-pegal atau badan terasa nggak fit cobalah minum minyak ini, dijamin pasti tidur pulas. Ketika bangun badan Anda akan terasa lebih segar. (Lalau ia memberikan dua botol VCO ukuran 60 ml kepada Kabare Kagama untuk membuktikan khasiatnya-red).

Apakah VCO bisa digunakan untuk hal yang lain?

Tentu saja. Minyak ini dapat juga digunakan sebagai kosmetik, penyubur dan pelembut rambut, pelembab, dan membersihkan karang gigi.

Apakah VCO ini sudah dipasarkan secara luas? Bagaimana respon masyarakat?

Sudah. Banyak kok perusahaan yang sudah menjualnya. Tapi saya agak khawatir dengan banyaknya produk minyak virgin yang beredar di pasaran. Tidak semua yang ada di pasaran itu berkualitas bagus. Banyak VCO yang dibikin asal jadi, tanpa melihat segi kualitasnya. Padahal kalau dibuat asal jadi, ya sama dengan minyak kelapa biasa.
(Karena kekhawatiran itu, ditambah adanya tuntutan dari ahli kesehatan untuk menyediakan minyak kelapa yang murni, membuat ibu dua anak ini mendirikan perusahaan penghasil minyak kelapa dengan modal sendiri-red).
Kualitas VCO harus tetap dinomorsatukan. Itu memang sulit, karena proses pembuatan VCO cukup rumit dan memakan waktu lama, tidak sembarang orang bisa membuatnya. Soal respon masyarakat, mereka menyambut baik. Saya sampai kewalahan memenuhi pesanan mereka.

Bisa Anda ceritakan soal perusahaan Anda itu?

Perusahaan itu saya beri nama PT. Setia Putra Perkasa. Nama itu berasal dari kedua putra saya, yaitu Ardhi Setyo Putranto dan Adrian Setyo Prakosa. Namanya juga orangtua, bersusah payah bekerja ya hanya untuk anak.
Perusahaan saya selalu menjaga kualitas. Untuk menjaganya, saat ini kapasitas produksi dibatasi hanya 30 liter per hari. Bahan baku, berupa kelapa diperoleh dari berbagai daerah mulai dari Bantul sampai Kebumen. Kebutuhan bahan baku mencapai 300 butir kelapa per hari.
Perusahaan saya ini bekerjasama dengan sebuah perusahaan lain di Jakarta. Sesuai MoU, perusahaan saya sebagai produsen, sedangkan yang di Jakarta sebagai pemasar. Mereka berpesan agar kualitas dijaga. Untuk itu mereka meminta saya sendiri yang mengawasi. Ini sangat mungkin dilakukan bila produksi dilakukan di Yogyakarta. Ini juga yang melatarbelakangi saya mendirikan perusahaan.

Sampai saat ini, perusahaan saya mempekerjakan 10 orang dari warga sekitar Imogiri. Mereka (para pekerja-red) itu masih saudara dan tetangga para pegawai di lingkungan Jurusan Kimia UGM sini. Ya, lumayanlah bisa membuka lapangan kerja baru.
Proses pembuatan VCO masih secara manual. Masih menggunakan tenaga manusia, karena itulah diperlukan kesabaran, ketelitian, dan kejujuran. Oleh karena itu saya berani menjamin 100% minyak kelapa buatan perusahaan saya asli. Lagipula, ketika proses pemisahan minyak kelapa dengan air, saya sendiri yang langsung menangani. Sampai saat ini pembuatan VCO memang masih seperti itu. Ini disebabkan oleh proses yang digunakan merupakan skala laboratorium. Entah nanti kalau sudah ada teknologi yang memadai untuk dibuat skala industri besar.
Soal kejujuran ini merupakan hal yang sangat penting. Banyak VCO yang beredar di pasaran kualitasnya buruk karena ada oknum yang tidak jujur. Namanya juga bisnis, siapa sih yang mau merugi?

Apakah di pasaran terdapat pemalsuan VCO?

Wah, kalau itu pasti ada.

Bagaimana cara membedakan VCO yang asli dengan yang palsu?

Dari warna dan baunya. VCO yang palsu warnanya bisa jauh lebih bening daripada yang asli, seperti air. Kalau yang asli warnanya bening tapi agak keruh. Kalau baunya, VCO yang palsu baunya tengik. Yang asli aromanya segar.
Soal ini saya punya pengalaman menarik. Pernah suatu hari saya menghadiri sebuah seminar tentang VCO. Pembicaranya dari luar negeri. Pembicara itu mengatakan bahwa VCO yang baik itu baunya memang tengik. Wah, saya kaget sekali waktu itu. Saya sangat kecewa dengan pernyataannya yang nggak benar itu.

Apakah Anda punya keinginan membagi pengalaman membuat VCO kepada orang lain?

Tentu saja, dengan senang hati. Selain melakukan penelitian, saya punya tanggung jawab berbagi ilmu kepada masyarakat, sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Saya sering mengadakan pelatihan pembuatan VCO kepada masyarakat di sekitar tempat tinggal saya (Ia tinggal di Jl. Nitikan No. 8-red). Selain itu, kalau ada mahasiswa yang KKN di tempat saya, saya juga mengajari mereka.

Punya harapan untuk masa depan VCO?

Terlepas dari semua kemajuan yang telah dicapai hingga saat ini, penelitian dari berbagai disiplin ilmu masih diperlukan untuk membuktikan secara ilmiah mekanisme kerja minyak virgin pada peningkatan kesehatan tubuh. Ini penting dilakukan agar khasiat luar biasa dari minyak kelapa ini bisa memberi sumbangan solusi terhadap masalah kesehatan masyarakat.

(Di tengah kesibukannya sebagai dosen, kegiatan penelitian tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan istri General Manager PT. Astra Agro Lestari Tbk, Ir. Bambang Susetyono, ini. Beberapa makalahnya pernah disampaikan dalam seminar regional maupun nasional. Di antaranya adalah “The Effect of Se/Activated Carbon to Reduce Peroxide Content in Waste Frying Oil” yang disampaikan di Yogya tahun 2001. Ia juga pernah menghasilkan karya tulis ilmiah yang diterbitkan oleh Indonesian Journal of Chemistry tahun 2002, judulnya “Study of Thermal and Acid Stability of Bentonite Clay”-red).
(Alfata, Arya)

No comments: