Monday, June 11, 2007

>mbuh lg


“Kotak Ajaib” Pengubah Hidup


Hidup kita ditentukan oleh sebuah benda berbentuk kotak! Betapa tidak? Dunia yang sebegitu luas, dengan segala rona peristiwa yang ada di dalamnya, kini, bisa dinikmati hanya dengan memandangnya dari sebuah kotak. “Kotak ajaib” yang lazim disebut tv. Tv telah merubah begitu banyak segi kehidupan manusia. Kita lihat, bagaimana di Paimin, pemuda lugu dari pelosok Blitar, Jawa Timur, begitu akrab dengan mode rambut yang terpampang di majalah-majalah mode. Ia, yang sebelumnya acuh tak acuh terhadap penampilannya, dengan begitu pedenya merombak tampilan rambutnya ala F4. Lihat pula dandanan si Ipah, gadis dusun di pelosok Bantul, Yogyakarta, ketika mengenakan baju yang “belum jadi” yang mempertontonkan tali karet celana dalamnya itu.
Tak hanya soal fashion dan gaya hidup. Tv juga telah menawarkan dunia baru bagi pengejar keindahan, gemerlapan, dan kesempurnaan anak manusia. Manusia ingin tampil sesempurna mungkin ketika dirinya terpampang di layar kaca. Ya, tentu saja dengan mempermak habis penampilannya pun“memanipulasi” citra dirinya. Memang, tv memberi kita hiburan di tengah kesakitan hidup, memberi kesenangan di tengah kegetiran. Kata seorang filsuf “ Televisi memberi kita kesenangan sejak kita bangun tidur di pagi hari hingga kita terlelap di malam hari”


Bangsa yang Sedang Belajar (Tentang) Demokrasi


Bukankah demokrasi itu ditentukan oleh rakyat dan bukan segelintir manusia? Boleh jadi rakyat negeri ini masih tergagap-gagap apa itu demokrasi. Sejak sekolah dasar kita telah “dicecoki” pengertian sederhana mengenai demokrasi, musyawarah untuk mufakat. Tetapi, kita tak pernah diajarkan bagaimana konsekuensi bila demokrasi itu diterapkan. Kita hanya diberi tahu demokrasi itu dari, oleh, dan untuk rakyat. Titik!
Demokrasi menuntut rakyat, sebagai basis stakeholder, untuk cerdas. Tapi bagimana bisa cerdas kalau selama ini mereka dibuat bodoh, miskin dan seperti lagu Iwan Fals “Seperti biasa aku diam tak bicara……”. Akibatnya, ketika kebebasan, yang lahir dari demokrasi, diperkenalkan secara utuh kepada rakyat negeri ini, muncul kebimbangan dari sebagian besar rakyat. Bimbang karena selama ini mereka tidak dibiasakan untuk mandiri mengambil segala kebijakan yang menyangkut hidupnya. Bimbang karena selama ini mereka cukup nyaman telah “dipilihkan” jalan oleh sang penguasa. Bimbang karena selama ini mereka dididik untuk menjadi “robot pekerja”. Bimbang dan bingung karena begitu banyak orang bicara. Begitu banyak koran dan tv. Dan juga bingung mengetahui banyak hal yang selama ini belum mereka ketahui. Barangkali kita masih sedang belajar tentang demokrasi, masih belajar tentang obyek. Belum belajar menjadi demokrat, belajar menjadi subyek.

(Kalasan, 15 Juni 2004,
di sepenggal malam yang menjemukan)

No comments: